Annyeonghaseyo, naneun shawol immida! (Helo, I'm a shawol--fans of SHINee)
I'm back :)
Lama nggak posting fanfict. Maklum, pikiranku bercabang tiga (?). Banyak cerita yang harus aku buat. Konsentrasi terpecah. haduhh =_=
Mesti buat cerita ini-lah, itu-lah, temanya pasti ditentukan. (yaiyalah!)
Aku ga bisa kalo nulis yang temanya dibatasi. Aku menulis berdasarkan kehidupanku. Jika ada yang menarik, aku tulis. Kalo buat ikut lomba, biasanya jadinya ga bagus. =__=
But, nothing's impossible. Aku pasti bisa. Aku memang bukan orang yang sempurna. Aku juga tidak lebih hebat dari teman-temanku. Tapi aku akan berusaha sebaik mungkin yang aku bisa. :)
Hehe, jadinya curcol kepanjangan... :p
so, this is it, Me Love Him part 5.
Enjoy! ^^
***
Aku sudah di toko buku "Mochii-san" Ini selama limabelas menit. Aku memang diizinkan membaca buku disini. Tapi, pegawai berwajah galak memandangiku. Aku merasa tidak enak menumpang baca di toko buku stasiun dan diawasi olehnya.
Aku beranjak dari tempatku membaca buku. Kuucapkan terimakasih pada pegawai toko berwajah garang yang terus memperhatikan gerak-gerikku beberapa menit lalu. Aku akan meninggalkan toko buku bergaya Jepang ini.
"Arigato." Kataku pada pegawai itu. Sengaca kuucapkan terimakasih dengan bahasa Jepang, karena suasana toko buku ini benar-benar membuatku mearasa berada di Jepang.
"Ya, ya. Lain kali beli bukunya ya!" Suara tajam dan pedas keluar dari mulut penjaga toko itu. Aku sedikit tak menghiraukannya. Kata-katanya sungguh memalukanku. Aku bergegas menuju pintu keluar.
Ukh, aku menabrak seseorang lagi. Mungkin penglihatanku makin memburuk, ya? Dari tadi aku menabrakkan diriku.
"Maaf" Dengan cepat permohonan maaf kuucapkan. Aku berdiri dan memunguti beberapa buku yang jatuh dari tas ranselku. Tidak ada respon dari orang yang kutabrak. Jangan-jangan yang kutabrak itu bukan orang, tapi tiang? Sungguh memalukan jika itu benar. Aku minta maaf pada tiang? Yang benar saja!
Aku mengangkat mukaku, melihat siapa atau apa yang barusan kutabrak. Kulihat sosok lelaki jangkung berkaus hitam tanpa lengan sedang menatapku geram.
Tiba-tiba suara seorang informan tedengar jelas dari speaker di sudut ruangan. Kereta yang aku tunggu akan tiba lima menit lagi. Aku segera meninggalkan pria yang kutabrak tadi sambil membungkukkan badanku dalam-dalam, "Jeongmal Mianhabnida. Annyeonghaseyo."
Aku bergegas menuju peron tiga. Dan benar saja. Setibanya di peron tiga, kereta sudah tiba dan beberapa penumpang memasuki kereta itu. Aku mempercepat langkah kakiku, semoga saja aku tidak ketinggalan kereta lagi.
Syukurlah, aku tidak ketinggalam kereta lagi. Meskipun kereta penuh sesak, tetapi setidaknya aku pulang sebelum larut malam.
***
Aku berjalan lemas dari stasiun hingga flat tempat aku tinggal. Lelah. Kulirik jam tanganku, pukul tujuh tigapuluh. Waktu cukup larut bagi pelajar SMA sepertiku baru pulang sekolah
Brugh! Sepertinya aku menabrak sesuatu lagi. Babo. Bodoh sekali aku ini! Apakah penglihatanku memburuk? Sejak tadi aku terus menabrak seseorang.
"oh, Ahjussi, Mianhabnida." Sekali lagi aku membungkukkan badanku dalam-dalam.
Entahlah, aku tidak tahu sedah berapa kali aku membungkukkan badan dan meminta maaf seperti ini.
"Ahjussi, huh? Memangnya aku terlihat setua itu?"
"Eh?"
Pria itu mendekatiku, menunjukkan rambutnya yang jabrik, matanya yang besar, dan wajahnya yang jelas jauh dari usia tiga puluh. Ditambah lagi, sepertinya pria itu satu sekolah denganku, terbukti dari seragam olahraganya yang menunjukkan logo SMA Hyansang--meskipun tertutup jaket hitam, tetapi aku sempat melihatnya.
"Aah, kurae. Jeongmal mianhabnida, sunbaenim"
"Apakah minta maaf saja cukup? Lihatlah, kopiku tumpah. Bajuku sekarang kotor." Menyebalkan! Ucapannya kasar sekali. Ingin sekali aku melayangkan tinjuku ke pipinya. Tapi, kuurungkan niatku. Hal itu akan memperparah keadaan. Selain itu, memang aku yang salah.
Kucoba menghaluskan nada ucapanku, "Jadi, apa yang harus kulakukan?"
"Belikan kopi yang baru untukku" Jawabnya santai. Baiklah, bukan hal yang sulit. Minimarket hanya berjarak sepuluh kaki dari tempatku berada. Tetapi... malas juga. Memangnya siapa dia? Seenaknya saja menyuruhku layaknya pembantu.
"Ya! Memangnya kau--" Kutarik ucapanku kembali. Sepertinya aku mengenal orang ini. Aku tahu ia satu sekolah denganku, sehingga wajahnya familiar di mataku. Tetapi, sepertinya aku mengetahuinya. Kutajamkan penglihatanku dan berusaha mengingat sekeras mungkin.
Choi Minho! Ketua klub basket, namja paling top di sekolah.
"Hmph. Payah sekali kau ini! Aku kan siswa paling dikenal di SMA Hyansang!"
"Aku tahu. Aku baru menyadarinya. Maafkan aku."
Choi Minho tersenyum sinis, "Sudah kubilang, permintaan maaf tak kuterima. kecualikau memenuhi perintahku!"
"Jika tidak, apa yang akan kau lakukan? Ancamanmu tidak berlaku bagiku!"
Sekali lagi ia memamerkan senyum sinisnya, "Kau tahu apa yang telah kau lakukan di kantin? Kau berduaan dengan Jonghyun. Aku akan menyebarkannya ke siswi-siswi agar kau dihajar karena berani mendekati idola mereka"
"Memangnya kau punya bukti?"
Choi Minho merogoh sakunya dan mengeluarkan ponsel. Ia menunjukkan fotoku dan Jonghyun saat di kantin. Kami sedang tertawa. Sial benar anak itu! Kapan ia memotret kami?
"Jdi, kau mau apa sekarang? Turuti perintahku atau kau mau seluruh siswi sekolah mengejarmu sebagai buronan?"
Aaaisssh! Aku tak berkutik.
"Baiklah, kuturuti perintahmu. Akan kubelikan kopi!" Dengan malas dan kesal kusanggupi perintah Minho.
"Hey, siapa bilang kau hanya belikan aku kopi? Kau jug harus belikan aku seragam olahraga baru dan jaket baru."
Apa? Benar-benar, dia ini orang yang menyebalkan! Padahal populer, tapi tingkah lakunya tidak seperti yang kubayangkan--cool, macho, ganteng, ramah, dan lembut. Bah! apanya? dia jauh dari kata "lembut" dan "ramah"
"Hey, noda kopi bisa hilang dengan DICUCI! Kau tahu!?" Sengaja kutegaskan kata "dicuci".
"Oh ya? Kalu begitu cucikan bajuku. aku tidak bisa mencuci."
"Lalu, kenapa tidak kau cuci di laundry?"
"Kalu begitu kau saja."
"Aku tidak mau!"
"Kalau begitu, kusebarkan foto ini"
Ugh, dasar licik!
"Baik, baik, kubelikan kopi dan kucucikan bajumu! Mana uangnya?"
"Pakai uangmu."
Mwo? Dasar licik! Kusumpahkan dia tak akan bertemu jodohnya hingga akhir hidupnya atau dia kalah di pertandingan dengan SMA Ganghyan bulan depan!
"Aku tidak ada uang! Dasar kau!"
"Aku tidak peduli. Apa kau mau foto ini kusebarkan?" KAtanya sambil menunjukkan foto aku dan Jonghyun . Dengan cepat kurebut ponsel itu dari tangannya, lari menjauh dari Minho sambil menghapis foto itu.
"Ya! Ya! Apa yang kaulakukan?"
Delete? OK. Beres. Foto dihapus.
Aku tersenyum sambil menunjukkan ponsel yang kupegang kepada Minho.
"Perjanjian batal"
Kulempar ponsel itu, lalu memasang kasi seribu, berlari menuju flatku.
***
Yaaay, part 5 selesai! ^^
tunggu part 6 ya :D
P.S : maaf kalo aku nempatin Choi Minho karakternya kayak gitu. Maaf banget. Bukannya aku mau ngejelek2in dia, tapi aku cuma mau konfliknya ya itu. Minhonya berantem sama aku (Jihye). Soalnya kalo mulus2 aja tanpa konflik, cerita itu nggak akan bagus.
Terakhir, makasih udah baca.
Selamat hari libur cuti bersama! :) :D
Ukh, aku menabrak seseorang lagi. Mungkin penglihatanku makin memburuk, ya? Dari tadi aku menabrakkan diriku.
"Maaf" Dengan cepat permohonan maaf kuucapkan. Aku berdiri dan memunguti beberapa buku yang jatuh dari tas ranselku. Tidak ada respon dari orang yang kutabrak. Jangan-jangan yang kutabrak itu bukan orang, tapi tiang? Sungguh memalukan jika itu benar. Aku minta maaf pada tiang? Yang benar saja!
Aku mengangkat mukaku, melihat siapa atau apa yang barusan kutabrak. Kulihat sosok lelaki jangkung berkaus hitam tanpa lengan sedang menatapku geram.
Tiba-tiba suara seorang informan tedengar jelas dari speaker di sudut ruangan. Kereta yang aku tunggu akan tiba lima menit lagi. Aku segera meninggalkan pria yang kutabrak tadi sambil membungkukkan badanku dalam-dalam, "Jeongmal Mianhabnida. Annyeonghaseyo."
Aku bergegas menuju peron tiga. Dan benar saja. Setibanya di peron tiga, kereta sudah tiba dan beberapa penumpang memasuki kereta itu. Aku mempercepat langkah kakiku, semoga saja aku tidak ketinggalan kereta lagi.
Syukurlah, aku tidak ketinggalam kereta lagi. Meskipun kereta penuh sesak, tetapi setidaknya aku pulang sebelum larut malam.
***
Aku berjalan lemas dari stasiun hingga flat tempat aku tinggal. Lelah. Kulirik jam tanganku, pukul tujuh tigapuluh. Waktu cukup larut bagi pelajar SMA sepertiku baru pulang sekolah
Brugh! Sepertinya aku menabrak sesuatu lagi. Babo. Bodoh sekali aku ini! Apakah penglihatanku memburuk? Sejak tadi aku terus menabrak seseorang.
"oh, Ahjussi, Mianhabnida." Sekali lagi aku membungkukkan badanku dalam-dalam.
Entahlah, aku tidak tahu sedah berapa kali aku membungkukkan badan dan meminta maaf seperti ini.
"Ahjussi, huh? Memangnya aku terlihat setua itu?"
"Eh?"
Pria itu mendekatiku, menunjukkan rambutnya yang jabrik, matanya yang besar, dan wajahnya yang jelas jauh dari usia tiga puluh. Ditambah lagi, sepertinya pria itu satu sekolah denganku, terbukti dari seragam olahraganya yang menunjukkan logo SMA Hyansang--meskipun tertutup jaket hitam, tetapi aku sempat melihatnya.
"Aah, kurae. Jeongmal mianhabnida, sunbaenim"
"Apakah minta maaf saja cukup? Lihatlah, kopiku tumpah. Bajuku sekarang kotor." Menyebalkan! Ucapannya kasar sekali. Ingin sekali aku melayangkan tinjuku ke pipinya. Tapi, kuurungkan niatku. Hal itu akan memperparah keadaan. Selain itu, memang aku yang salah.
Kucoba menghaluskan nada ucapanku, "Jadi, apa yang harus kulakukan?"
"Belikan kopi yang baru untukku" Jawabnya santai. Baiklah, bukan hal yang sulit. Minimarket hanya berjarak sepuluh kaki dari tempatku berada. Tetapi... malas juga. Memangnya siapa dia? Seenaknya saja menyuruhku layaknya pembantu.
"Ya! Memangnya kau--" Kutarik ucapanku kembali. Sepertinya aku mengenal orang ini. Aku tahu ia satu sekolah denganku, sehingga wajahnya familiar di mataku. Tetapi, sepertinya aku mengetahuinya. Kutajamkan penglihatanku dan berusaha mengingat sekeras mungkin.
Choi Minho! Ketua klub basket, namja paling top di sekolah.
"Hmph. Payah sekali kau ini! Aku kan siswa paling dikenal di SMA Hyansang!"
"Aku tahu. Aku baru menyadarinya. Maafkan aku."
Choi Minho tersenyum sinis, "Sudah kubilang, permintaan maaf tak kuterima. kecualikau memenuhi perintahku!"
"Jika tidak, apa yang akan kau lakukan? Ancamanmu tidak berlaku bagiku!"
Sekali lagi ia memamerkan senyum sinisnya, "Kau tahu apa yang telah kau lakukan di kantin? Kau berduaan dengan Jonghyun. Aku akan menyebarkannya ke siswi-siswi agar kau dihajar karena berani mendekati idola mereka"
"Memangnya kau punya bukti?"
Choi Minho merogoh sakunya dan mengeluarkan ponsel. Ia menunjukkan fotoku dan Jonghyun saat di kantin. Kami sedang tertawa. Sial benar anak itu! Kapan ia memotret kami?
"Jdi, kau mau apa sekarang? Turuti perintahku atau kau mau seluruh siswi sekolah mengejarmu sebagai buronan?"
Aaaisssh! Aku tak berkutik.
"Baiklah, kuturuti perintahmu. Akan kubelikan kopi!" Dengan malas dan kesal kusanggupi perintah Minho.
"Hey, siapa bilang kau hanya belikan aku kopi? Kau jug harus belikan aku seragam olahraga baru dan jaket baru."
Apa? Benar-benar, dia ini orang yang menyebalkan! Padahal populer, tapi tingkah lakunya tidak seperti yang kubayangkan--cool, macho, ganteng, ramah, dan lembut. Bah! apanya? dia jauh dari kata "lembut" dan "ramah"
"Hey, noda kopi bisa hilang dengan DICUCI! Kau tahu!?" Sengaja kutegaskan kata "dicuci".
"Oh ya? Kalu begitu cucikan bajuku. aku tidak bisa mencuci."
"Lalu, kenapa tidak kau cuci di laundry?"
"Kalu begitu kau saja."
"Aku tidak mau!"
"Kalau begitu, kusebarkan foto ini"
Ugh, dasar licik!
"Baik, baik, kubelikan kopi dan kucucikan bajumu! Mana uangnya?"
"Pakai uangmu."
Mwo? Dasar licik! Kusumpahkan dia tak akan bertemu jodohnya hingga akhir hidupnya atau dia kalah di pertandingan dengan SMA Ganghyan bulan depan!
"Aku tidak ada uang! Dasar kau!"
"Aku tidak peduli. Apa kau mau foto ini kusebarkan?" KAtanya sambil menunjukkan foto aku dan Jonghyun . Dengan cepat kurebut ponsel itu dari tangannya, lari menjauh dari Minho sambil menghapis foto itu.
"Ya! Ya! Apa yang kaulakukan?"
Delete? OK. Beres. Foto dihapus.
Aku tersenyum sambil menunjukkan ponsel yang kupegang kepada Minho.
"Perjanjian batal"
Kulempar ponsel itu, lalu memasang kasi seribu, berlari menuju flatku.
***
Yaaay, part 5 selesai! ^^
tunggu part 6 ya :D
P.S : maaf kalo aku nempatin Choi Minho karakternya kayak gitu. Maaf banget. Bukannya aku mau ngejelek2in dia, tapi aku cuma mau konfliknya ya itu. Minhonya berantem sama aku (Jihye). Soalnya kalo mulus2 aja tanpa konflik, cerita itu nggak akan bagus.
Terakhir, makasih udah baca.
Selamat hari libur cuti bersama! :) :D
Post Title
→SHINee fanfict part 5 : Me Love Him
Post URL
→https://guidice-galleries.blogspot.com/2011/05/shinee-fanfict-part-5-me-love-him.html
Visit guidice galleries for Daily Updated Wedding Dresses Collection